Apakabar aku?
Sebuah pertanyaan yang dituju untuk diri sendiri. Belakangan ini aku merasa semakin jauh dengan diriku yang sebenarnya. Atau bahkan jangan-jangan, aku tidak mengenal diriku lagi?
Itulah yang kurasakan sampai aku memilih menuliskan keresahanku disini, sebuah tempat pelarian yang selama ini aku datangi diam-diam jika aku hanya butuh ketenangan. Aku memutuskan membuat blog ini bukan untuk memuaskan hati para pembacaku -yang entah ada entah tidak itu, namun lebih untuk menjadi rumah, tempat aku berkeluh kesah. Itulah juga kenapa aku selalu mengabaikan setiap ada pembaca yang komplain "Mir, ko ga pernah nulis lagi?". Hey, I'm not really a writer. Aku ini tukang curhat, bukan tukang tulis. Jadi maklum aja kalo yang aku tulis isinya curhat semua *lol.
Anyway, umurku sekarang 23 tahun. Kata mamak, aku harus jadi PNS. Supaya hidupku terarah, masa depanku terjamin, dan hidupku tenang. Tapi nyatanya, aku cuma jadi pegawai swasta, yang bahkan penghasilannya ga seberapa. Tapi mamak tetap senang, karena aku ga pernah lagi minta jajan *sombong.
Dan aku juga senang, karena aku ga lagi menyusahkan orangtua. Intinya, aku harus bersyukur diumur yang orang-orang bilang masih muda ini, aku sudah menyelesaikan beberapa tugasku dengan baik. Aku sudah selesai kuliah, aku sudah dapat pekerjaan. Aku bergabung dengan organisasi Pramuka tingkat Provinsi, sebuah cyrcle yang membawaku jadi orang yang banyak dikenal, sebuah tempat yang begitu banyak orang inginkan, dan aku beruntung bisa masuk didalamnya.
Tapi, memiliki semuanya belum tentu buat kita bahagia, kan? Manusia memang ga ada rasa syukurnya. Keinginan kita pun ga akan pernah ada habisnya. Aku bisa saja dipandang sebagai orang yang sukses, oleh teman-teman sebayaku yang bahkan belum bisa wisuda sampai sekarang. Tapi bagiku, aku belum apa-apa. Aku masih pengen sekolah, mendapatkan gelar yang lebih dari sarjana. Aku masih pengen bekerja di perusahaan besar, supaya ilmu matematika ini ngga sekedar untuk mencetak nilai di kertas bernama Transkrip. Aku masih ingin membangun karier seperti perempuan-perempuan Ibu Kota, yang dengan gagahnya menghasilkan puluhan juta direkening mereka setiap bulannya. Aku ingin hidup tanpa kekurangan finansial, aku ingin menjamin masa depan sendiri tanpa harus menjadi beban orang tua atau suamiku nanti jika aku sudah menikah. Perempuan bisa mandiri juga, kan?
Tapi, aku menyadari bahwa aku masih banyak kekurangan. Secara ilmu pengetahuan, aku engga ada apa-apanya dibading teman-teman sebayaku. Aku hanya beruntung bisa wisuda lebih cepat, catat ya: *hanya beruntung*, aku ngga bisa lancar berbahasa inggris sehingga nilai toefl yang jelek selalu jadi penghabat untuk aku bisa mendapatkan beasiswa S2 keluar negeri. Secara finansial, keluargaku ngga bisa membiayaiku kuliah tanpa subsidi pemerintah. Itulah kenapa aku harus berusaha lebih keras. Belajar lebih giat. Berbahasa inggris setiap hari di sosial media supaya aku terbiasa, walaupun kadang-kadang malu-maluin. Aku habiskan waktu kosong ditempat kerja untuk belajar toefl melalui youtube, atau kadang-kadang buka buku matematika lagi.
Aku berusaha keras mewujudkan keinginanku sampai aku tanpa sadar perlahan aku berubah menjadi orang yang anti sosial. Aku sibuk dengan obsesiku sehingga kadang-kadang, aku tidak punya waktu berbasa-basi dengan orang-orang disekitarku. Aku yang sangat malas bicara kalo bukan dengan teman-teman akrabku yang bikin aku nyaman. Aku yang menyendiri kalo bertemu orang-orang baru. Aku dianggap sombong, angkuh, dan aku sampai dititik dimana aku merasa cyrcle pertemananku semakin sempit, "aku ga punya teman lagi".
Aku kemudian iseng membuka akun facebook-ku yang sudah aku buat sejak 9 tahun yang lalu. Aku buka kembali message history lalu menyadari bahwa dulu, banyak kok teman-temanku. Aku sadar, aku sudah terlalu jauh pergi, sendirian, dan tidak membawa teman. Aku salah. Aku harus berubah. Harus jadi orang baik, orang yang lebih peka dan peduli sekitar. Maaf ya teman-teman. Maaf aku sudah terlalu jauh berjalan. Yuk berpelukan lagi.
Sebuah pertanyaan yang dituju untuk diri sendiri. Belakangan ini aku merasa semakin jauh dengan diriku yang sebenarnya. Atau bahkan jangan-jangan, aku tidak mengenal diriku lagi?
Itulah yang kurasakan sampai aku memilih menuliskan keresahanku disini, sebuah tempat pelarian yang selama ini aku datangi diam-diam jika aku hanya butuh ketenangan. Aku memutuskan membuat blog ini bukan untuk memuaskan hati para pembacaku -yang entah ada entah tidak itu, namun lebih untuk menjadi rumah, tempat aku berkeluh kesah. Itulah juga kenapa aku selalu mengabaikan setiap ada pembaca yang komplain "Mir, ko ga pernah nulis lagi?". Hey, I'm not really a writer. Aku ini tukang curhat, bukan tukang tulis. Jadi maklum aja kalo yang aku tulis isinya curhat semua *lol.
Anyway, umurku sekarang 23 tahun. Kata mamak, aku harus jadi PNS. Supaya hidupku terarah, masa depanku terjamin, dan hidupku tenang. Tapi nyatanya, aku cuma jadi pegawai swasta, yang bahkan penghasilannya ga seberapa. Tapi mamak tetap senang, karena aku ga pernah lagi minta jajan *sombong.
Dan aku juga senang, karena aku ga lagi menyusahkan orangtua. Intinya, aku harus bersyukur diumur yang orang-orang bilang masih muda ini, aku sudah menyelesaikan beberapa tugasku dengan baik. Aku sudah selesai kuliah, aku sudah dapat pekerjaan. Aku bergabung dengan organisasi Pramuka tingkat Provinsi, sebuah cyrcle yang membawaku jadi orang yang banyak dikenal, sebuah tempat yang begitu banyak orang inginkan, dan aku beruntung bisa masuk didalamnya.
Tapi, memiliki semuanya belum tentu buat kita bahagia, kan? Manusia memang ga ada rasa syukurnya. Keinginan kita pun ga akan pernah ada habisnya. Aku bisa saja dipandang sebagai orang yang sukses, oleh teman-teman sebayaku yang bahkan belum bisa wisuda sampai sekarang. Tapi bagiku, aku belum apa-apa. Aku masih pengen sekolah, mendapatkan gelar yang lebih dari sarjana. Aku masih pengen bekerja di perusahaan besar, supaya ilmu matematika ini ngga sekedar untuk mencetak nilai di kertas bernama Transkrip. Aku masih ingin membangun karier seperti perempuan-perempuan Ibu Kota, yang dengan gagahnya menghasilkan puluhan juta direkening mereka setiap bulannya. Aku ingin hidup tanpa kekurangan finansial, aku ingin menjamin masa depan sendiri tanpa harus menjadi beban orang tua atau suamiku nanti jika aku sudah menikah. Perempuan bisa mandiri juga, kan?
Tapi, aku menyadari bahwa aku masih banyak kekurangan. Secara ilmu pengetahuan, aku engga ada apa-apanya dibading teman-teman sebayaku. Aku hanya beruntung bisa wisuda lebih cepat, catat ya: *hanya beruntung*, aku ngga bisa lancar berbahasa inggris sehingga nilai toefl yang jelek selalu jadi penghabat untuk aku bisa mendapatkan beasiswa S2 keluar negeri. Secara finansial, keluargaku ngga bisa membiayaiku kuliah tanpa subsidi pemerintah. Itulah kenapa aku harus berusaha lebih keras. Belajar lebih giat. Berbahasa inggris setiap hari di sosial media supaya aku terbiasa, walaupun kadang-kadang malu-maluin. Aku habiskan waktu kosong ditempat kerja untuk belajar toefl melalui youtube, atau kadang-kadang buka buku matematika lagi.
Aku berusaha keras mewujudkan keinginanku sampai aku tanpa sadar perlahan aku berubah menjadi orang yang anti sosial. Aku sibuk dengan obsesiku sehingga kadang-kadang, aku tidak punya waktu berbasa-basi dengan orang-orang disekitarku. Aku yang sangat malas bicara kalo bukan dengan teman-teman akrabku yang bikin aku nyaman. Aku yang menyendiri kalo bertemu orang-orang baru. Aku dianggap sombong, angkuh, dan aku sampai dititik dimana aku merasa cyrcle pertemananku semakin sempit, "aku ga punya teman lagi".
Aku kemudian iseng membuka akun facebook-ku yang sudah aku buat sejak 9 tahun yang lalu. Aku buka kembali message history lalu menyadari bahwa dulu, banyak kok teman-temanku. Aku sadar, aku sudah terlalu jauh pergi, sendirian, dan tidak membawa teman. Aku salah. Aku harus berubah. Harus jadi orang baik, orang yang lebih peka dan peduli sekitar. Maaf ya teman-teman. Maaf aku sudah terlalu jauh berjalan. Yuk berpelukan lagi.
Komentar
Posting Komentar