Langsung ke konten utama

Nobody's Perfect

"If someone can fall asleep without making sure you got home safely or not, it means he doesn't love you", someone said via a tweet passing by on timeline.

I just read the tweet a few days before I was on my way home from out of town with a distance of more than six hours.

Before I always thought, I have a boyfriend who always takes care of me, so I don't have to be afraid to travel alone by public transport where I don't know anyone in it. "He's going to accompany me," I thought with all of my confidence.

But what happened that night changed my perspective about him.

About him that I think really cares.

"Babe, I'm going to sleeping okay, be careful, let me know tomorrow if you've arrived", he said ending the conversation session on Whatsapp.

Honestly, it's not the first time I've traveled alone out of town. I'm not afraid, of course. I've been used to being an independent woman for a long time because there's no one I can expect to protect me from.

But it was not a point.

Feelings like being ignored, not being worried, and not being cared. That's how I felt. I know he believed that I was brave. But how could he felt no need to worry? The courage that I had does not necessarily make the possibility of bad things happen to be non-existent, right?

When you give your whole heart to someone, then be prepared to be broke. Maybe he didn't intentionally hurt you. Maybe he didn't mean that. But you're still hurt. Because in the feel that you have, there is also hope. Hope that he'll give you the same feel as you gave him. You're hoping to get as big as you gave him.

But you know, the truth isn’t run that way.

No one can measure the level of one's feeling for us, nor vice versa.

Along the way I thought, why am I so disappointed, while others can think that this is not a big deal. Until finally, I have the answer.

It was my expectations that disappointed me. The expectations that he would be the perfect boyfriend figure, that's what got me hurt. But I forgot that no human being is perfect. And because of the influence of a tweet I read earlier, it made me immediately think that he didn't care about me, just because he didn't accompany my trip that night. And I forgot, the tweet is just someone's perspective, which can't be used as a measure at all in ensuring the level of his feeling to me.


A Whatsapp notification realized me from my fantasy. "I'm really sorry, I'm sorry that my behavior didn't live up to your expectations. But I love you. I really love you. It has to be you", he said on the phone screen.

Yeah. I shouldn't have judged him. It's possible that he loves me in a different way. In a way I didn't think he would. He has the right to choose his own way.

 


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Berpisah di Bandara

  Kami berpelukan lama sekali, sebelum akhirnya memutuskan keluar dari pintu kamar dan menuju lobby hotel. Dengan ransel dipunggung belakang dan tas kecil di bahu kiri, aku melangkah disebelahnya menuju meja resepsionis. “Checkout kak”, kataku ke mba resepsionis. Oke sebentar saya cek ya, katanya merespon kami. “oke, atas nama Bapak Surya sudah selesai, terimakasih”, katanya ramah. Kami lalu meninggalkan hotel dan menuju rumah kost aku untuk menyimpan barang-barangku, lalu makan siang, dan kemudian berangkat mengantar dia ke bandara. Itulah makan siang terakhir kami sebelum dia kembali ke Tokyo, kota tempatnya bekerja. Aku melihat mukanya lamat-lamat. Aku memperhatikannya lama sekali, menikmati detik-detik terakhir bersamanya sedekat ini. Dan ketika dia sedang asik menikmati potongan paha ayamnya, aku menitikkan air mata lagi –entah untuk kali keberapa. Aku buru-buru menghapus air mata yang jatuh itu, takut dia menyadarinya. Tahun lalu, aku juga ditinggalkan saat dia pertam

Nyaman Tak Harus Saling Bicara

Sejak menikah, nggak ada lagi orang yang bisa membuatku merasa nyaman lebih dari suamiku. Bahkan teman-temanku sendiri nggak lagi bisa membuatku senyaman dulu. Kok, bisa gitu ya ? Padahal, dulu bersama teman-teman dekat aku bisa nyaman ngapain aja, bahkan bisa nyaman tanpa saling ngobrol. Tapi sekarang kok rasanya beda. Saat bersama mereka, aku berusaha keras mencari topik obrolan. Yang sebenarnya, nggak ada lagi topik yang bisa dibahas karena sudah lama terpisah jarak. Lalu kebersamaan kami rasanya tidak semenyenangkan dulu, bahkan terasa awkward . Justru sekarang, cuma suamiku satu-satunya orang yang membuatku merasa nyaman di dekatnya.  Aku pernah baca sebuah tweet , isinya begini, “banyak orang bilang, “carilah pasangan yang menyenangkan ketika diajak mengobrol, karena 70% pernikahan isinya adalah saling bercerita dengan pasangan”, kalau aku mungkin sedikit berbeda. Carilah pasangan yang tetap membuatmu nyaman meskipun kalian hanya saling diam tak saling bicara” Aku langsun

How to Move On

  Kadang,  it's most likely often, move on  bukanlah hal mudah untuk dilakukan. Kenangan-kenangan yang muncul di galeri  handphone, instagram story archives,  dan  memories  di  facebook , semuanya seolah bekerja sama untuk membuat kamu menolak melupakannya. Bahkan, kepingan-kepingan kenangan itu masih utuh di sudut kepala, membuatmu semakin frustasi dan tidak ingin menerima kondisi sulit ini. Tidak peduli sebanyak apapun waktu berlalu, sejauh apapun dia pergi darimu, sebesar apapun usahanya untuk menjauh dari hidupmu, tidak membuatmu lantas menerima kenyataan bahwa kalian sudah berpisah. Percayalah, hal itu sungguh wajar. Tidak ada yang akan menyalahkanmu atas perasaan yang masih utuh itu. Pun, tidak ada yang akan memaksamu untuk secepat itu membunuh semua rasamu untuknya. Kamu berhak bersedih,  so take your time . Take your time to accept. Take your time to heal by accepting. Kamu boleh bersedih bertahun-tahun, tapi pastikan kamu ikhlas. Pastikan kamu sudah rela. Tidak ada gunany