Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari 2020

Day 1 : Describe Your Personality

Aku bukan orang baik. Tapi, aku juga nggak jahat. Seperti layaknya manusia pada umumnya, aku adalah orang yang biasa-biasa saja. Satu hal yang aku sadari adalah aku nggak bisa fake . Kalau aku tidak menyukai seseorang, kalian langsung bisa melihat itu dengan jelas dari wajahku. Aku tidak akan tersenyum palsu di depan orang yang tidak aku senangi. Aku tidak akan pura-pura bahagia ketika sedih dan tidak akan pura-pura ceria disaat badmood . Aku suka berteman dengan siapa saja. Tapi sekali mereka menyakitiku, aku mungkin tidak bisa memaafkannya begitu saja. Jikapun bisa, kenangan buruk yang mereka buat tidak akan mudah untuk aku lupakan. Aku juga mudah menyayangi seseorang. Entah itu pasangan atau teman. Sekali aku memilih punya hubungan, aku akan menyayangi mereka dengan tulus, dan percaya apapun yang mereka katakan. Aku tidak suka berburuk sangka. Aku menganggap semua orang tulus seperti rasa tulusku kepada mereka. Maka, sekali dikhianati, aku akan merasakan sakit yang luar biasa. M

Aku Berubah

Malam ini, aku ingin cerita tentang beberapa hal yang sudah berubah di diriku. Tentu saja perubahan ini terjadi setelah aku memutuskan punya hubungan dengan seseorang. Tanpa memperpanjang waktu, mari kita ulas satu persatu. 1. Sebelum bertemu denganmu, hidupku bahagia. Semenjak bertemu denganmu, ku makin bahagia. Okay, itu lirik lagu. Tapi lirik itu benar adanya. Lirik itu benar-benar terjadi di hidupku. Sebelum bertemu dia, aku bahagia dengan kesendirianku. Punya teman yang banyak tidak begitu membuatku depresi walau tidak punya pacar. Hanya saja, aku sedikit merasa kesepian karena tidak ada yang mengucapkan selamat pagi ketika aku bangun tidur, dan tidak ada yang mengucapkan selamat malam disaat ingin tidur. Sejak bertemu dengannya, aku semakin semangat bangun pagi, karena aku tau aku harus membangunkan dia juga. Melihatnya bangun tidur adalah mood booster buatku. Aku juga semakin tidak ingin tidur ketika malam hari, karena ingin terus melihat wajahnya di layar handphone saat v

Happy Birthday, You.

Jari-jariku menari di atas keyboard sambil berpikir kalimat apa yang cocok aku gunakan untuk menyelamati hari ulang tahunmu.  There's no words can describe how grateful I am to have someone like you in my life.   Mungkin kita tidak akan selalu bersama seperti pasangan lainnya, karena jarak yang begitu nyata akan segera terbentang di antara kita. Tapi aku tau, ragamu saja yang akan pergi. Aku pastikan hatimu tetap disini. Dan itu cukup, bagiku.  Aku mungkin bukan orang yang menemani perjalananmu mencapai sebuah titik kesuksesan, kita baru saja bertemu beberapa lama ini, tapi aku tidak menolak untuk jadi orang pertama yang kamu cari ketika susah, ketika hatimu gundah dan ingin mengeluh. Bahuku ada untuk itu.  Aku nggak bisa pastikan kalau perasaan ini nyata, atau apakah ini cinta,  tapi entah bagaimana Tuhan menakdirkan kita bersama, menjadi dua orang yang saling ketergantungan, seperti narkoba.  Aku menikmati waktu yang aku habiskan bersamamu, karena rasanya cepat sekali berlalu. Ak

Emang Gapapa, difitnah?

  “Penilaian manusia itu nggak penting kak”, kataku ketika sedang makan siang di sebuah restoran siap saji berlogo Kakek Tua Berjenggot di dekat kantor, bersama dengan salah satu rekan kerja yang paling dekat denganku. Kami baru saja membahas kenapa aku rentan difitnah oleh orang-orang di sekeliling kami. “Kenapa ya Mir, banyak banget yang fitnah Mira?” “Gatau, karena iri, mungkin”, jawabku. “Iri kenapa?”, tanyanya penasaran. “Ya, iri karena mereka ngga dapet apa yang Mira dapet. Sebagian orang ngeliat itu sebagai sebuah perlombaan, sehingga muncul rasa iri, dengki dan penyakit hati yang lain. Karena keinginan mereka ngga tercapai, mereka melihat Mira sebagai saingan”, jelasku. “Tapi kan mereka juga nggak sadar kalo itu salah mereka sendiri. Mereka ngga berusaha sekeras Mira" “Ya justru itu. Ngga semua orang bisa introspeksi diri. Kebanyakan malah melihat orang lain sebagai objek yang patut disalahkan. Tapi ada juga kok yang ngeliat itu dari sisi positif. Mereka itu la

Gimana Rasanya Kena Covid?

Aku sudah melakukan isolasi mandiri di rumah sejak tanggal 16 Oktober. Berarti hari ini, tepat 2 6 hari aku mendekam disini. Tidak ada siapa-siapa yang bisa aku temui. Tidak ada ngopi-ngopi cantik yang biasa aku lakukan dengan teman-temanku untuk melepas penat sehabis bekerja. Tidak ada lagi liburan singkat di akhir pekan. Tidak ada kerjaan menumpuk yang selalu harus kuselesaikan tepat waktu. Kini semuanya terasa asing bagiku. Aku bukan introvert yang suka menyendiri. Aku lebih suka keramaian, bersama orang-orang yang bisa kuajak bicara dan berdiskusi. Biasanya, selalu ada teman-teman yang bisa diajak pergi. Mereka akan bersedia hanya dengan satu kode di whatsapp group seperti, "lagi pada ngapain guys?", mereka langsung paham kalo itu adalah kode ajakan keluar. Dan ditambah lagi selalu ada saja kegiatan-kegiatan yang harus aku hadiri. Maklum lah, kegiatan pramuka itu, nggak ada habisnya. Selama 6 tahun lebih di kota ini, aku hampir tidak pernah berada di rumah kecuali untuk

Rutinitas Baru

 Aku terbangun tepat jam 6 pagi, tanpa alarm. Aku bangkit dari kasur dan meraba sakelar. Cahaya lampu langsung mengisi ruangan kamarku. Lalu sambil memicingkan mata, aku melenggang ke kamar mandi. Mengambil air wudhu dan menyelesaikan dua rakaatku. Tepat setelah selesai salam, mataku menangkap posisi handphone. Tanpa bergerak terlalu jauh, aku dapat menjangkau benda tipis itu. Aku mengaktikan data seluler dan menemukan sebuah notifikasi chat dari dia. "Aku udah pulang ya sayang", sebuah chat yang dia kirimkan tadi malam, ga sempat aku baca karena ketiduran.  Sepertinya bibirku melengkung membentuk senyuman. Aku mencari menu dial, memencet kontaknya dan nggak lama kemudian terdengar suara dari ujung sana. "Halo", sapanya dengan suara berat, khas orang bangun tidur.  "udah bangun?", tanyaku. "ini lagi bangun, kenapa?", tanyanya penasaran karena ini pertama kalinya aku membangunkan dia subuh.  "ngga, mau bangunin aja. Yaudah solat gih" Tel

Dari Sini Cerita Dimulai

Mengungkapkan sesuatu rasanya lebih enak ditulis daripada diucapkan. Ketika bercerita langsung ke seseorang, tanpa sadar kita berekspektasi tentang apa yang akan dia tanggapi, sehingga ceritanya ngga akan mengalir sebanyak apa yang kita pikirkan. Jadi, hari ini aku mau menulis. Tentang perasaanku. Tentang sebuah hubungan yang baru saja aku jalin. Seseorang yang pernah ada di masa lalu, siapa sangka akan datang lagi di masa kini. Aku bahkan ga pernah memimpikan akan bisa bersamanya lagi, setelah hubungan singkat yang kami jalani ketika SMA dulu. Hubungan singkat yang membuatku kenal dengannya, menyukainya, dan...membuatku jatuh hati karena senyumannya yang hanya dia berikan kepadaku.  Setelah 9 tahun berlalu, instagram membuat kami saling menyapa lagi. Dengan dalih silaturrahmi, dia ngajakin ketemu. Dari situlah cerita dimulai.                                                                              *** Malam itu, kami membuat janji ketemuan. Kebetulan dia sedang ada di Banda Ac

Ketika Kamu Jatuh Cinta

Ketika kamu jatuh cinta, pagimu akan lebih menyenangkan, dan kamu akan terpesona melihat wajahnya tersenyum saat dia membuka mata di pagi hari. Ya, morning videocall kini jadi rutinitas.  Ketika kamu jatuh cinta, kamu ingin tau segalanya tentang dia. Kamu akan begitu semangat mendengarnya bicara. Ketika kamu jatuh cinta, ucapan selamat tidur darinya akan membuat tidurmu makin lelap.  Ketika kamu jatuh cinta, kamu akan melupakan semua hal menyedihkan yang pernah terjadi, karena kini semuanya terasa indah, dia berhasil membuatmu tertawa dan berhenti sejenak dari rumitnya masalah yg kamu hadapi.  Ketika kamu jatuh cinta, kamu akan uring-uringan menatap layar handphone, menunggu notifikasi pesan darinya.  Ketika kamu jatuh cinta, playlist music spotify-mu akan berubah jadi love songs semua.  Ketika kamu jatuh cinta, semua cerita yang kamu baca seolah berbicara tentang kamu dan dia.  Ketika kamu jatuh cinta, kamu suka sekali menatap hujan. Gemuruhnya membuatmu nyaman, seolah semesta memberi

Belajar Memahami Diri

Beberapa waktu yang lalu, aku belajar memahami diriku dengan menjawab 3 pertanyaan dibawah ini. Let me share the answers to you . 1.        Apa yang paling kusuka dari diriku sendiri? Aku orang yang sangat disiplin dan punya komitmen. Aku tipe orang yang menghindari sekali membatalkan janji, apalagi di detik-detik terakhir. Aku juga sangat bersih dan rapi, tidak mau membiarkan rumah tinggal dalam keadaan kotor karena tentu saja tidak nyaman ditempati. Aku tidak akan tidur jika penampilan sepreku masih berantakan, bahkan di saat hendak tidurpun aku harus rapi. Aku suka diriku yang tidak merepotkan orang lain, tidak pernah meminta orang lain menemaniku melakukan hal-hal sepele seperti berbelanja, makan di cafe, dan membeli buku, karena semuanya bisa aku lakukan sendiri. Aku suka diriku yang tidak suka membicarakan orang lain, tapi lebih menyukai pembicaraan yang sifatnya membuat pikiranku lebih produktif. Aku juga selalu bersedia ketika temanku meminta bantuan, karena aku sadar kita

I Do Wanna Be a Mother

Kurang dari sebulan lagi, umurku 24. Mamak bilang, di umur segini, beliau sudah nimang bayi. Abang ku yang pertama lahir ketika Mamak berusia 23 Tahun. Look at me now, jangankan punya bayi, punya pasangan aja belum ada tanda-tanda. I dont want to compare my mother's life with mine, but sometimes, it just feels sucks.  Aku boleh menipu semua orang tentang aku yang tidak terpengaruh dan tidak iri melihat teman-teman sebayaku menikah duluan. Aku bisa membuat mereka bahkan iri kepadaku yang masih single, dan bisa berpergian kemana saja sesukaku. Aku bisa menipu semua orang bahwa hidup sendiri itu menyenangkan.  Hidup mandiri dan mengandalkan diri sendiri juga tidak mengurangi kebahagian. Tapi memiliki keluarga kecil, punya suami yang bisa diandalkan dalam segala hal, dan punya anak yang lucu, dipanggil ibu, tetap saja lebih indah bukan? Bukankah seorang perempuan akan dianggap sempurna ketika mereka memiliki keturunan? I do want to be a mother, and at this age.. it's a normal wish,

Do I need man in my life?

Kadang aku berpikir, aku bisa melakukan semua hal sendirian. Nyuci baju, nyetrika, beresin rumah, masak, dan bahkan pekerjaan yang biasa dilakukan laki-laki seperti ngangkat galon, masangan tabung gas, ngecat dinding, masang gorden dan mengendarai motor sejauh 135 km untuk pulang kampung.  Aku memiliki pekerjaan yang membuatku bisa menafkahi diri sendiri dan memenuhi segala keinginanku sebagai perempuan.  There's lot of things I can do by my self so I think I don't need man in my life. Hidup sendiri terlalu nyaman. Walau kadang kesepian. But "kesepian" is not a big deal. Being alone is better than having a man that make me feel uncomfortable with.  Aku ga pernah merasa iri dengan teman-teman sebayaku yang menikah duluan, karena aku sudah cukup bahagia dengan hidupku sekarang. Jika suatu saat aku juga menikah, laki-laki yang menikahiku tentunya hanya jadi pelengkap bahagiaku, bukan tempat aku bergantung secara finansial.  Aku telah lama belajar menjadi orang yang