Malam ini, aku ingin cerita tentang beberapa hal yang sudah berubah di diriku. Tentu saja perubahan ini terjadi setelah aku memutuskan punya hubungan dengan seseorang. Tanpa memperpanjang waktu, mari kita ulas satu persatu.
1. Sebelum bertemu denganmu, hidupku bahagia. Semenjak bertemu denganmu, ku makin bahagia.
Okay, itu lirik lagu. Tapi lirik itu
benar adanya. Lirik itu benar-benar terjadi di hidupku. Sebelum bertemu dia,
aku bahagia dengan kesendirianku. Punya teman yang banyak tidak begitu
membuatku depresi walau tidak punya pacar. Hanya saja, aku sedikit merasa
kesepian karena tidak ada yang mengucapkan selamat pagi ketika aku bangun tidur,
dan tidak ada yang mengucapkan selamat malam disaat ingin tidur.
Sejak bertemu dengannya, aku semakin semangat bangun pagi, karena aku tau aku harus membangunkan dia juga. Melihatnya bangun tidur adalah mood booster buatku. Aku juga semakin tidak ingin tidur ketika malam hari, karena ingin terus melihat wajahnya di layar handphone saat video call. Tapi, kualitas tidurku menjadi semakin baik, tidurku menjadi nyenyak karena tidak ada lagi yang aku khawatirkan. Iya, jatuh cinta membuat kita jadi sebucin itu.
2. Kebiasaan ngopi perlahan menghilang.
Sebelum bertemu dengannya, aku
membunuh waktu dengan bertemu dengan teman-temanku setiap hari, dimana lagi
kalau bukan warung kopi. Dan karena waktu di siang hari terbatas, waktu yang
tersisa untuk bertemu mereka hanya malam hari. Jadi, hampir setiap malam aku
keluar untuk ke warung kopi.
Sejak bertemu dengannya, aku merasa tidak perlu lagi membunuh waktu. Karena seluruh waktu yang tersisa setelah bekerja aku gunakan untuk membalas pesan dan menerima panggilannya. Waktuku tersita, tapi aku bahagia.
3. Akun social media sepi tulisan mendung
Sebelum bertemu dengannya, aku menghiasi
tweet dan story Instagram dengan postingan sendu. Setiap tulisan yang aku
tulis pasti mengandung kesedihan. Entah kenapa. Mungkin karena memang tidak ada
hal yang membahagiakan yang bisa aku tulis. Aku juga sempat mencintai seseorang
begitu lama, tapi bertepuk sebelah tangan. Hal itu terus mendorong aku menuliskan
hal-hal sedih.
Sejak bertemu dengannya, aku merasakan jatuh cinta yang sebenar-benarnya. Jatuh cinta, dan dicintai. Bukankah itu hal yang indah? Tentu saja sejak saat itu, dia selalu menjadi objek tulisanku yang indah-indah.
4. Jarang update story dan tweet
Sebelum bertemu dengannya, tidak ada yang menanyai kegiatanku sehingga aku merasa perlu mengupdate setiap kegiatan di Instagram dan Twitter-ku. Sejak bertemu dengannya, aku hanya perlu update setiap aktivitasku ke kolom chat kami. Aku tidak punya waktu lagi untuk update di social media.
5. Jarang menerima curhatan teman.
Aku nggak tau apakah itu perubahan
yang baik atau tidak. Mungkin, bagi teman-temanku, ini adalah perubahan yang
tidak mereka inginkan. Dulu, aku selalu available kapanpun mereka butuh.
Sekarang, waktuku terbatas. Jadi, mereka nggak bisa selalu curhat setiap saat
seperti yang dulu mereka lakukan. Apakah dengan demikian lantas aku menjadi
jahat?
Menurutku tidak. Karena manusia bisa berubah. Berubah tidak selalu buruk. Semakin dewasa, orang-orang akan mengatur kembali prioritas mereka. Saat ini, aku hanya merasa perlu melakukan hal-hal yang membuatku bahagia. Bukan berarti melupakan teman, aku hanya mengurangi frekuensinya.
6. My anxiety has gone
Sebelum bertemu dia, aku selalu cemas
setiap saat. Aku cemas dan mempertanyakan akankah aku dapat pasangan atau tidak.
Aku cemas karena menyadari umurku semakin bertambah dan aku belum juga menemui
tanda-tanda akan menikah. Aku cemas bagaimana jika nanti menjadi perawan tua.
Tapi sejak bertemu dia, entah kenapa
semua kecemasan itu menghilang. Aku hanya dapat pacar, bukan suami. Aku juga
nggak tau apakah dia akan jadi suamiku atau tidak. Tapi, dengan bersamanya, aku
merasa punya teman untuk mendiskusikan apapun. Aku tidak lagi merasa kesepian.
Aku mulai mempertanyakan lagi arti
sebuah pernikahan yang dulunya aku inginkan. Apakah dengan menikah kita lantas
bahagia? Happily ever after? Tentu tidak, kan? Menikah membuat kita
bahagia, berikut dengan segala penderitaan yang mungkin saja terjadi tanpa kita
prediksi. Menikah melekatkan tanggungjawab yang besar dalam diri setiap orang. Kalau
sekarang kita bisa menikmati hidup yang kita punya tanpa perlu memikirkan tanggungjawab
itu, lalu kenapa buru-buru menikah? Yang kubutuhkan sekarang hanyalah seseorang
untuk berbagi. Dan dia ada untuk itu. Itu cukup untuk membuat rasa cemasku
lenyap.
Komentar
Posting Komentar