Langsung ke konten utama

I feel you...

Pernah nggak kamu ngerasa punya banyak banget temen tapi kayak sendirian? Like no one can understand how do you feel. Semua pikiran berkecamuk dalam kepala, dan menjadi satu bom yang sewaktu-waktu bisa meledak. 

Kamu nggak bisa cerita ke siapa-siapa karena takut dihakimi, diberi solusi yang tidak sesuai dengan cara pikirmu, atau bahkan malah akan muncul masalah baru dengan cerita-cerita itu. 

Akhirnya, kamu memilih memendamnya sendirian. Mencoba mencari solusi dalam diam. Mencoba berdialog dengan diri sendiri. 

Kamu ngerasa, apapun yang kamu lakukan nggak bisa mendistraksi pikiran-pikiran itu. Mencoba tidur, nggak berhasil lelap. Mencoba nonton, nggak larut dalam skenarionya. Mencoba baca buku, nggak kebayang gimana situasinya. And you wonder why the hell everything you do just can't distract that shit from your head?

You know what.. I feel you. And everyone does, I guess. 

Nggak ada kan, manusia yang bener-bener bebas dari masalah? 

Nggak ada kan, orang-orang yang sepanjang hidupnya merasa tenang tanpa pernah dihampiri rasa cemas dan takut? 

Manusia itu merasa. Manusia itu takut. Manusia itu cemas. Manusia itu senang. Manusia itu bahagia. Semua perasaan yang mampir dalam dirimu, percayalah itu wajar. 

Kamu nggak harus berusaha kuat untuk keluar dari masalah. Tidak ada masalah yang tidak punya solusi. Karena kalau nggak punya solusi, itu bukan lagi masalah. Itu sesuatu yang harus kamu ikhlaskan.

You just need to feel it. Rasakan semuanya. Hanya dengan begitulah kita menjadi manusia. 


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Berpisah di Bandara

  Kami berpelukan lama sekali, sebelum akhirnya memutuskan keluar dari pintu kamar dan menuju lobby hotel. Dengan ransel dipunggung belakang dan tas kecil di bahu kiri, aku melangkah disebelahnya menuju meja resepsionis. “Checkout kak”, kataku ke mba resepsionis. Oke sebentar saya cek ya, katanya merespon kami. “oke, atas nama Bapak Surya sudah selesai, terimakasih”, katanya ramah. Kami lalu meninggalkan hotel dan menuju rumah kost aku untuk menyimpan barang-barangku, lalu makan siang, dan kemudian berangkat mengantar dia ke bandara. Itulah makan siang terakhir kami sebelum dia kembali ke Tokyo, kota tempatnya bekerja. Aku melihat mukanya lamat-lamat. Aku memperhatikannya lama sekali, menikmati detik-detik terakhir bersamanya sedekat ini. Dan ketika dia sedang asik menikmati potongan paha ayamnya, aku menitikkan air mata lagi –entah untuk kali keberapa. Aku buru-buru menghapus air mata yang jatuh itu, takut dia menyadarinya. Tahun lalu, aku juga ditinggalkan saat dia pertam

Nyaman Tak Harus Saling Bicara

Sejak menikah, nggak ada lagi orang yang bisa membuatku merasa nyaman lebih dari suamiku. Bahkan teman-temanku sendiri nggak lagi bisa membuatku senyaman dulu. Kok, bisa gitu ya ? Padahal, dulu bersama teman-teman dekat aku bisa nyaman ngapain aja, bahkan bisa nyaman tanpa saling ngobrol. Tapi sekarang kok rasanya beda. Saat bersama mereka, aku berusaha keras mencari topik obrolan. Yang sebenarnya, nggak ada lagi topik yang bisa dibahas karena sudah lama terpisah jarak. Lalu kebersamaan kami rasanya tidak semenyenangkan dulu, bahkan terasa awkward . Justru sekarang, cuma suamiku satu-satunya orang yang membuatku merasa nyaman di dekatnya.  Aku pernah baca sebuah tweet , isinya begini, “banyak orang bilang, “carilah pasangan yang menyenangkan ketika diajak mengobrol, karena 70% pernikahan isinya adalah saling bercerita dengan pasangan”, kalau aku mungkin sedikit berbeda. Carilah pasangan yang tetap membuatmu nyaman meskipun kalian hanya saling diam tak saling bicara” Aku langsun

How to Move On

  Kadang,  it's most likely often, move on  bukanlah hal mudah untuk dilakukan. Kenangan-kenangan yang muncul di galeri  handphone, instagram story archives,  dan  memories  di  facebook , semuanya seolah bekerja sama untuk membuat kamu menolak melupakannya. Bahkan, kepingan-kepingan kenangan itu masih utuh di sudut kepala, membuatmu semakin frustasi dan tidak ingin menerima kondisi sulit ini. Tidak peduli sebanyak apapun waktu berlalu, sejauh apapun dia pergi darimu, sebesar apapun usahanya untuk menjauh dari hidupmu, tidak membuatmu lantas menerima kenyataan bahwa kalian sudah berpisah. Percayalah, hal itu sungguh wajar. Tidak ada yang akan menyalahkanmu atas perasaan yang masih utuh itu. Pun, tidak ada yang akan memaksamu untuk secepat itu membunuh semua rasamu untuknya. Kamu berhak bersedih,  so take your time . Take your time to accept. Take your time to heal by accepting. Kamu boleh bersedih bertahun-tahun, tapi pastikan kamu ikhlas. Pastikan kamu sudah rela. Tidak ada gunany