Langsung ke konten utama

Selamat Ulang Tahun, Aku.

 Selamat Ulang Tahun.

Makasih ya, sudah tumbuh dengan baik. Makasih sudah menyayangi dirimu lebih dari yang orang lain bisa. Makasih sudah menjauhkan diri dari orang-orang toxic yang dapat melukai hatimu tanpa cela. Terimakasih sudah menemukan seseorang yang menemanimu, lalu hari-harimu tidak lagi membosankan seperti sebelumnya. Terimakasih sudah bekerja keras dan menjadi mandiri tanpa menyusahkan siapa-siapa.

Terimakasih untuk tetap tegar menghadapi semua masalah yang muncul tiba-tiba. Terimakasih sudah menahan semua rasa sakit, terimakasih sudah menjadi kuat walaupun kadang masalahnya lebih berat dari karungan baja. Terimakasih sudah merelakan hal-hal yang ingin sekali kamu miliki namun belum beruntung mendapatkannya. Terimakasih sudah tetap percaya bahwa Allah itu adil meski hidup ini tentu tidak adil bagimu. Terimakasih sudah bersedia menjadi anak yang bisa diandalkan meskipun tidak yang paling diprioristaskan.

Terimakasih sudah menerima diri sendiri apa adanya, meski tidak secantik dan sepintar perempuan-perempuan lain di luar sana. Terimakasih sudah belajar untuk tidak membanding-bandingkan dirimu dengan mereka. Terimakasih sudah percaya bahwa setiap perempuan istimewa dengan apa yang ada pada dirinya.

Sekali lagi, selamat ulang tahun yang ke dua puluh lima, tahun terakhir dari masa remaja, dan menjadi dewasa sepenuhnya.

Tetaplah kuat, badai di depan bisa jadi semakin kencang, but there's always a rainbow after a storm, right?

 


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Berobat ke Dokter THT

Orang-orang yang sudah lama mengenal aku pasti tau kalau aku sering kesusahan bernafas, apalagi saat cuaca dingin. Aku biasanya mengabaikan penyakit ini karena hanya kambuh beberapa hari saja. Tapi, minggu lalu aku memutuskan untuk pergi ke Praktek dokter THT atas paksaan seseorang (read: pacarku). Dia khawatir ketika tau aku harus bernafas pakai mulut karena hidungku sedang kekurangan fungsinya. Biasanya, penyakitku hanya kambuh ketika cuaca dingin. Tapi aku baru sadar ternyata penyakit itu juga kambuh saat aku sedang merasa stres, panik dan khawatir terhadap sesuatu. Kebetulan aku sedang mengalami anxiety yang parah beberapa waktu terakhir karena sesuatu hal yang tidak bisa aku jelaskan. Semakin aku stres, semakin aku kesusahan bernafas.  Mulailah aku mencari dokter THT terbaik yang ada di Banda Aceh, kota tempat tinggalku saat ini. Pencarian di Google membawaku ke halaman website seorang dokter THT bernama Dr. Iskandar Zulkarnaen. Rame sekali yang memberi review bagus kep...

Gimana Rasanya Kena Covid?

Aku sudah melakukan isolasi mandiri di rumah sejak tanggal 16 Oktober. Berarti hari ini, tepat 2 6 hari aku mendekam disini. Tidak ada siapa-siapa yang bisa aku temui. Tidak ada ngopi-ngopi cantik yang biasa aku lakukan dengan teman-temanku untuk melepas penat sehabis bekerja. Tidak ada lagi liburan singkat di akhir pekan. Tidak ada kerjaan menumpuk yang selalu harus kuselesaikan tepat waktu. Kini semuanya terasa asing bagiku. Aku bukan introvert yang suka menyendiri. Aku lebih suka keramaian, bersama orang-orang yang bisa kuajak bicara dan berdiskusi. Biasanya, selalu ada teman-teman yang bisa diajak pergi. Mereka akan bersedia hanya dengan satu kode di whatsapp group seperti, "lagi pada ngapain guys?", mereka langsung paham kalo itu adalah kode ajakan keluar. Dan ditambah lagi selalu ada saja kegiatan-kegiatan yang harus aku hadiri. Maklum lah, kegiatan pramuka itu, nggak ada habisnya. Selama 6 tahun lebih di kota ini, aku hampir tidak pernah berada di rumah kecuali untuk...

Menolak Lupa

Lihatlah saat ini, ketika teman se-kontrakan tengah sibuk nobar drama korea, aku malah memilih menyendiri dikamar ini. Menutup pintu serapat mungkin, lalu menguncinya, agar tak satupun bisa masuk lalu menggangu kesendirianku. Aku memang sedang tak ingin di ganggu. Aku ingin sendirian. Melepaskan semua beban yang sudah tak sanggup kupikul lagi. Aku lelah, sangat lelah. Aku berfikir dengan menangis aku akan merasa lega walau aku tau pada kenyataannya itu tak merubah apapun. Pikiranku masih saja membayangkan kejadian tempo hari, saat aku melihat kekasihku –mantan kekasihku, berdiri berhadapan dengan kekasihnya. Dari kejauhan aku dapat menangkap binar – binar bahagia dari wajahnya. Mereka tidak malu – malu mengubar kemesraan di depan umum. Dan lagi, walau dengan jarak sejauh itu, kedua telingaku masih mampu mendengar dia memanggil kekasihnya dengan sebutan ‘sayang’. Sebutan yang dulu adalah milikku. Sebutan yang kerap dia sebutkan ketika pagi hari aku terbangun dari...